ayo, adik-adik!,,,, siapa yang masih sering didongengkan jika mau tidur?......semoga saja masih banyak di antara adik-adik yang bisa mendengarkan dongeng dari ayah ibunya ya sebelum matanya terpejam,,,,,sebab ternyata seorang anak yang sering mendengarkan dongeng di masa kecilnya maka akan tumbuh menjadi anak yang lebih peka terhadap kondisi sosial di sekelilingnya lho,,,tapi tentunya hal tersebut dipengaruhi oleh jenis dongeng yang sifatnya memiliki nilai-nilai positif. nah berikut ini ada sebuah dongeng dari Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di daerah Pesisir Pantai Barombong Makassar. judul ceritanya adalah " I DAYANG MULLI DAN I LAILARA", ceritanya seru lho.... dan membuat kita merasa terhanyut di dalamnya. cerita ini juga yang mengantarkan teman kita " Sindiana", seorang murid kelas IV SD Negeri Kaccia kota Makassar melaju ke babak grand final STORY TELLING tingkat KOTA MAKASSAR TAHUN 2013 dan masih akan berjuang memperebutkan posisi untuk melaju ke tingkat provinsi dan nasional, doakan ya teman-teman. dan perlu diketahui juga, bahwa teman kita tersebut juga menyabet juara 3 STORY TELLING yang diadakan oleh penerbit bergengsi di Indonesia, ERLANGGA dengan tema " PACK YOUR SPIRIT" tahun 2013.
ini dia ceritanya.........................
ini dia ceritanya.........................
I DAYANG MULLI DAN I
LAILARA
Dahulu kala, ada sebuah desa di pesisir Barombong, di sana
tinggallah sepasang suami istri, namanya daeng naim dan daeng kanang. Keduanya
hidup rukun walaupun dalam keadaan yang sangat sederhana. Pekerjaan daeng naim adalah nelayan
yang setiap harinya mencari ikan di laut dan istrinya bekerja mengurusi rumah tangga dan bertenun
adalah pekerjaan sampingannya.
Mereka dikaruniai dua orang anak, anak pertama, namanya I
dayang mulli dan anak keduanya bernama I lailara. Ketika anak keduanya baru
lahir, suaminya yaitu daeng naim baru
saja pulang melaut, ia membawa banyak ikan dan kerang, tapi dari sekian banyak
ikan dan kerang yang ia bawa, daeng naim paling menyukai talibbo ( sejenis
siput laut). Ikan lainnya dijual ke pasar dan talibbo dibawanya pulang ke
rumahnya.
Dengan hati yang sangat riang, naim pulang ke rumah. “
assalamu alaikum,”. Salam dari naim ketika sampai di pintu rumahnya. “ wa
alaikum salam”, jawab istrinya daeng kanang. Menyambut suaminya yang saat itu
sedang asyik menenun.
“Masaklah talibbo ini daeng kanang , aku akan istirahat dulu”.
Talibbo pun dimasak, sementara dg naim masih tertidur
pulas.
I dayang Mulli yang sedang mengayunkan adiknya sudah merasa
sangat kelaparan, dia tak tahan lagi dan ingin segara menyantap masakan ibunya.
“ ammale( panggilan ibu)......saya mau makan karena sudah sangat
lapar,”Kata i dayang muli kepada ibunya.
“ tunggu bapakmu nak,,,dia masih tidur”, kata
ibunya.
I dayang muli tetap
memanggil-manggil ibunya karena tak tahan lapar. Karena ibunya merasa ibah
dengan anaknya yang sudah seharian tidak makan, maka ibunya pun memanggilnya.
“ kalo begitu pergilah makan nak, nanti ibu yang jaga
adikmu yang tertidur. Tapi sisakanlah sebagian tallibo untuk bapakmu,,,” pesan ibu.
I dayang muli pun segera bergegas
menuju balla-balla ( balai-balai) di dapur. Karena terlalu lapar ia pun makan
dengan lahapnya dan lupa pesan ibunya unutk menyisakan sebagian dari lauk
tersebut.
“ egm,,,, assipakna.....”
kata i dayang mulli.
Setelah selesai, ia pun kembali mengayunkan
adiknya, dan meminta ibunya menyelesaikan tenunannya. Tak lama kemudian i
dayang mulli pun ikut tertidur di samping adiknya.
Tiba-tiba dg naim pun terbangun dari tidurnya dan dia segera
menuju kedapur.“ daeng
kanang .....!!!!!, dimana talibbo yang
kamu masak tadi, mengapa hanya cangkangnya yang kamu sisakan,,, ....”(
kata daeng naim dengan suara keras dan wajah yang geram setelah melihat bekas
makanan anaknya i dayang mulli.)
Sambil kaget, istrinya pun
bergegas ke dapur dan heran sambil berkata “ maafkan aku daeng, anakmu i dayang mulli telah menghabiskannya tadi ketika ia makan, sebab aku membangunkan daeng tapi
kamu tidak mau bangun”, ( memelas dan menangis).
“ tidak memang tong, kamu dan anakmu tak punya rasa
kasihan sedikitpun,kamu sudah tahu kalo saya kelaparan tapi tak menyisakan makanan untukku..... sekarang,,, kamu harus pergi kelaut
mencari talibbo yang sama besarnya dengan yang tadi, kalau kamu tidak
mendapatkannya maka kamu tidak boleh pulang...”( kata daeng
naim kepada istrinya dalam keadaan yang marah ).
Tanpa berpikir panjang, istrinya
pun membangunkan anaknya dan berkata, “ anakku i dayang mulli, ibu akan pergi menyelam kedasar laut
mencari talibbo untuk bapakmu,,, jika adikmu menangis maka panggilah ibu dangan
nyanyian.
Ibunya pun berangkat menuju bibir
pantai dengan rasa bersedih dan berlinangan air mata,, lalu langsung memnyelam
dengan harapan mendapatkan sejumlah talibbo. I dayang mulli pun merasa cemas
dengan adiknya, karena terus menangis ingin disusui, sehingga ia membawa
adiknya ke pantai sambil memanggil ibunya dengan nyanyian.
“ ammale... ammale.... naik maki
mae, cipurukmi andikku cappe-cappemi battanna”. Begitulah i dayang mulli
menyanyikan panggilan untuk ibunya. Setiap kali adiknya menangis dan naiklah ibunya, tak
satu pun talibbo berhasil ibunya dapatkan sampai
pada hari ke tujuh terjadi keanehan, di sekujur tubuhnya nampak bersisik seperti ikan. Sejak
saat itulah ibunya tidak
lagi bisa ke daratan untuk menyusui anaknya. Ia berubah menjadi duyung.
Pulanglah I dayang mulli dan mengadu pada bapaknya. mendengar cerita
dari anaknya, daeng naim pun merasa sangat bersalah, ia segera ke pantai lalu
menyelam juga, alhasil ia pun tak kembali ke daratan, hingga akhirnya ia
berubah menjadi lumba-lumba.
Kini tinggallah i dayang mulli meratapi
nasibnya, ia bingung.
Adiknya masih sangat kecil, dan ia pun belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya
juga adiknya.
Dan akhirnya I Dayang Mulli dan I Lailara tak lagi merasakan kasih
sayang ibu dan bapaknya.
(cerita ini masih berlanjut,,,,makanya kunjungi blog ini yah,,,dan berikan komentarnya,,,,ditunggu. terima kasih.)
Komentar
Assipana ammacaya punna ni erang bicara mangkasaran\