Langsung ke konten utama

Postingan

sukmaku di tanah makassar

SUKMAKU DI TANAH MAKASSAR (oleh: Asia Ramli Prapanca) Sukmaku di Tanah Makassar (pelan) Negeri bayang-bayang (meninggi) Negeri timur matahari terbit Gunung-gunung perkasa (biasa) Lembah-lembah mengangah Pohon-pohon purba Kuburan-kuburan tua (turun) Di dalam kelambu penuh dupa (pelan) Berhadap-hadaplah dengan dewata (meninggi) Dengan berlapis – lapis pakaian sutera (biasa) Musik dan tari saling berlaga (turun) Sukmaku di Tanah Makassar (penekanan) Memburu anoa di rimba belantara (satu napas) Menangkap kupu-kupu di tebing-tebing terjal Mengejar derai-derai daunan basah Memanjat pohon-pohon lontar Di bawah naungannya Bertempat gelanggang Sabungan ayam Di belakang sekian gumam sinrilik Siap membunuh kekecewaan dengan badik dan badik dan tukul besi Sukmaku di Tanah Makassar (biasa) Bersayap angin mammiri bersiul membelai kota (biasa) Dengan nilai – nilai Menunggang kuda jantan dengan lari kencang (penekanan) Membawa impian ...

Inikah arti merdeka?

Merah putih ku kini berkibar tanpa jiwa Tak seperti dulu lagi semangatnya Kini ia hanyalah hiasan dua warna yang diikat Pada tali di setiap ujung tiang besi Di tengah lapangan pemerintahan dan sekolah-sekolah Berkibar tanpa makna lagi Bukan karena warnanya yang memudar Tapi jiwa nasionalisme bangsa ini yang tenggelam kapitalisme Kini ia hanyalah hiasan dua warna yang diikat pada tali di setiap ujung tiang bambu dipasang di tiap – tiap gapura depan rumah di hari pertama bulan jatuhnya bangsa ini diproklamirkan oleh sang putra matahari lupakah kita kan masa itu? Kini ia hanyalah simbol kemenangan di masa lalu Tegakah kita para pemangku jabatan negeri Menggadai janji nasionalisme dengan bisikan kapitalisme? Kita sesungguhnya belumlah merdeka Sebab kemerdekaan itu hanyalah milik mereka Yang berjuang dan ikhlas untuk orang lain Kita adalah pekerja rodi yang di tengah perjalanan dipaksa berhenti sejenak untuk hormat pada sang empunya hajatan ...

Inikah arti merdeka?

Merah putih ku kini berkibar tanpa jiwa Tak seperti dulu lagi semangatnya Kini ia hanyalah hiasan dua warna yang diikat Pada tali di setiap ujung tiang besi Di tengah lapangan pemerintahan dan sekolah-sekolah Berkibar tanpa makna lagi Bukan karena warnanya yang memudar Tapi jiwa nasionalisme bangsa ini yang tenggelam kapitalisme Kini ia hanyalah hiasan dua warna yang diikat pada tali di setiap ujung tiang bambu dipasang di tiap – tiap gapura depan rumah di hari pertama bulan jatuhnya bangsa ini diproklamirkan oleh sang putra matahari lupakah kita kan masa itu? Kini ia hanyalah simbol kemenangan di masa lalu Tegakah kita para pemangku jabatan negeri Menggadai janji nasionalisme dengan bisikan kapitalisme? Kita sesungguhnya belumlah merdeka Sebab kemerdekaan itu hanyalah milik mereka Yang berjuang dan ikhlas untuk orang lain Kita adalah pekerja rodi yang di tengah perjalanan dipaksa berhenti sejenak untuk hormat pada sang empunya hajatan ...

Yuk!, Ke Belanda.

Yuk!, Ke Belanda. Entah mengapa, jari-jariku tak ku sadari bergerak untuk mengetik kata yang membuat artikel tentang kompetisi menulis ini muncul di layar laptopku. Rencananya sih, Aku cuma iseng saja mencari artikel tentang hal – hal berbau menulis serta cara mengirim naskah tulisan terutama puisi, tapi ternyata setelah omm google memperlihatkanku bagian ini, Aku langsung saja mengklik dan muncullah artikel tentang ” Dibuka…. Kompetisi Menulis Berhadiah ke Belanda ” . Aku tanpa berpikir panjang langsung mengunduh halaman tersebut, ku baca tiap baris dari artikel tersebut, ku pahami baik-baik apa isinya dan ku simpulkan dengan cepat bahwa Aku ingin berpartisipasi dalam ajang ini. Bagiku masih buta dengan tulisan yang termasuk artikel yang bagus untuk disertakan dalam ajang menulis seperti ini, namun yang terpenting adalah niatku untuk ikut serta dan Aku memang orang yang sungguh penuh rasa percaya diri, mungkin karena pengaruh dari sekian banyak buku motivasi yang   pernah...

to knew you

To knew you To knew you….. Is one best experience in my life Really,,,, To knew them… Is one a gift from god To knew you…. The tree can be smiling to me To knew you…. The world can be peaceful

for my students

Kaccia, 24 march 2012 For My Students I am very proud When I meet you I never feel sad if I see your face Now… I am aware… It appear… you are part my life, my succesfullness as teacher One year Two years Three years… And until now You always leave in my heart….. Forever…..